Mungkin
sebagian dari kita beragapan bahwa Indonesia negara kita ini hanya
memiliki satu satelit yang kita kenal lama dengan Satelit Palapa. Tapi
ternyata Indonesia memiliki cukup banyak satelit yang melayan di luar
angkasan sana dan dalam jangka waktu tertentu satelit satelit tersebut
diganti karena dengan yang lebih baru. Dan asal tahu saja, ternyata
Indonesia telah melunjurkan satelit sejak tahun 1976.
Berikut
ini merupakan nama-nama satelit Indonesia dari tahun 1976 sampai dengan
tahun 2009 yang saat ini masih melayan di luar angkasa yang dikitup
dari kaskus
1. Satelit Palapa A1 tahun 1976 – Satelit pertama di Indonesia
Palapa
ialah nama bagi sejumlah satelit telekomunikasi geostasioner Indonesia.
Nama ini diambil dari “Sumpah Palapa”, yang pernah dicetuskan oleh
Patih Gajah Mada dari Majapahit pada tahun 1334.
Satelit
pertama diluncurkan pada tanggal 8 Juli 1976 oleh roket Amerika Serikat
dan dilepas di atas Samudera Hindia pada 83° BT. Satelit pertama dari 2
satelit itu bertipe HS-333 dan bermassa 574 kg.
Kemudian 4
satelit dari seri kedua dibuat, yang kesemuanya dari tipe Hughes HS-376.
Ketika peluncuran Palapa B2 gagal, satelit ke-3 diatur. Awalnya bernama
Palapa B3 dan dijadwalkan untuk STS-61-H, akhirnya diluncurkan sebagai
Palapa B2P. Sementara itu Palapa B2 diperbaiki kembali oleh STS-51-A,
diperbaharui dan diluncurkan lagi sebagai Palapa B2R.
2. Sateli Palapa A2 (1977)
Palapa
A2 adalah satelit komunikasi milik Indonesia dan dioperasikan oleh
Perumtel. Palapa A2 diluncurkan pada tanggal 10 Maret 1977 dengan roket
Delta 2914 dan beroperasi di orbit 77 BT sejak tanggal 11 Maret 1977
hingga bulan Januari 1988, 4 tahun melewati masa operasional yang
direncanakan.

Program
satelit Palapa A dimulai saat Pemerintah Indonesia memberikan 2 kontrak
terpisah pada Boeing Satellite Systems (dahulu dikenal dengan Hughes
Space and Communication Inc.) dari Amerika Serikat untuk menyediakan 2
satelit (Palapa A1 dan A2), sebuah stasiun kontrol utama untuk kedua
satelit tersebut dan 9 stasiun bumi. Pembangunan 10 stasiun tersebut
diselesaikan dalam waktu 17 bulan, salah satu yang tercepat bagi Boeing.
Pada kontrak terpisah, dibangun total 30 stasiun bumi lainnya untuk
dioperasikan oleh Perumtel. Nama Palapa sendiri dipilih oleh Presiden
Suharto pada bulan Juli 1975. Satelit Palapa A2 dimaksudkan sebagai
cadangan dan siap untuk dioperasikan apabila Palapa A1 mengalami
kegagalan, atau jika permintaan pasar tidak dapat lagi diakomodasi oleh
Palapa A1.
3. Satelit Palapa B2P (1987)
Satelit
Palapa B2P adalah satelit yang mengitari orbit geosynchronous dan
bergerak dari barat ke timur dengan kecepatan yang sama dengan rotasi
Bumi. Satelit ini terletak pada ketinggian 36.000km diatas khatulistiwa
pada lokasi 113°BT dan dikendalikan oleh stasiun yang terletak di Bumi
tepatnya di daerah Cibinong. Satelit Palapa merupakan satelit relay bagi
stasiun bumi yang selanjutnya memancarkan kembali siaran ke televisi
dengan transponder Palapa yang bekerja pada jarak 6 gigahertz dengan
kekuatan pancar 10 watt.
Satelit Palapa B2P yang sesungguhnya
dibuat untuk keperluan domestik serta ditujukan untuk disewakan ke
mancanegara ternyata mampu menjaring bisnis yang sangat baik, dan
karenanya Palapa B2P menjadi satelit rebutan. Para penyelenggara
penyiaran (CNN, ESPN) menggunakan Palapa B2P, sehingga masyarakat yang
berada dalam area cakupan Palapa B4 dapat menerima program-progam
mereka.
4. Satelit Palapa C1 (1996)

Satelit Palapa C1 adalah satelit komunikasi pertama dalam generasi
Palapa C yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Satelit Palapa
Indonesia (Satelindo). Palapa C1 diproduksi oleh Hughes (Amerika
Serikat, AS) dan diluncurkan pada tanggal 31 Januari 1996 di Kennedy
Space Center, Tanjung Canaveral (LC-36B) AS, menggunakan roket Atlas
2AS. Satelit ini dimaksudkan sebagai pengganti satelit Palapa B4 pada
Orbit Geo Stasioner slot 113º BT dengan rentang operasi selama 7 tahun.
Namun setelah terjadi kegagalan pengisian battery pada tanggal 24
November 1998 akhirnya Palapa C1 dinyatakan tidak layak beroperasi dan
digantikan oleh Palapa C2.
5. Satelit Palapa C2 (1996)

Satelit
Palapa C2 adalah satelit komunikasi kedua dalam generasi Palapa C yang
dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo).
Palapa C2 diproduksi oleh Hughes (Amerika Serikat, AS) dan diluncurkan
pada tanggal 15 Mei 1996 di Kourou, Guyana Perancis (Ko ELA-2),
menggunakan roket Ariane-44L H10-3. Satelit ini beroperasi pada Orbit
Geo Stasioner slot 113º BT di ketinggian 36.000 km di atas permukaan
bumi. Operasional satelit ini berpindah tangan ke PT. Indosat Tbk.
akibat penggabungan Satelindo dengan Indosat. Demi memberi tempat bagi
Satelit Palapa D, rencananya orbit satelit ini dipindah ke 105,5° BT.
6. Satelit TELKOM-2 (2005)

Telkom-2 adalah satelit yang diluncurkan Telkom ke angkasa untuk
menggantikan satelit Palapa B4. Satelit ini dibawa ke angkasa dengan
menggunakan roket Ariane 5 dari Kourou di Guyana Perancis pada tanggal
16 November 2005.
Telkom-2 memiliki umur operasi selama 15 tahun
dan bernilai sekitar 170 juta dolar AS. Sekitar 70 persen kapasitas
transponder Telkom-2 akan disewakan kepada pihak luar.
Dari 30
persen kapasitas yang akan digunakan sendiri oleh Telkom, satelit buatan
Orbital Sciences Corporation ini diharapkan akan mendukung sistem
komunikasi transmisi backbone yang meliputi layanan telekomunikasi
sambungan langsung jarak jauh (SLJJ), sambungan langsung internasional
(SLI), internet, dan jaringan komunikasi untuk kepentingan militer.
Satelit
ini akan beredar di orbit 118° BT dengan kapasitas 24 transponder
C-band dan berbobot 1.975 kg. Daya jangkaunya mencapai seluruh ASEAN,
India dan Guam.
7. Satelit INASAT-1 (2006) Satelit Pertama buatan Indonesia
INASAT-1
adalah Nano Hexagonal Satelit yang dibuat dan didesain sendiri oleh
Indonesia untuk pertama kalinya. INASAT-1 merupakan satelit metodologi
penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN.

Selain
itu INASAT-1 adalah satelit Nano alias satelit yang menggunakan
komponen elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 kg.
Satelit itu dirancang dengan misi untuk mengumpulkan data yang
berhubungan erat dengan data lingkungan (berupa fluks magnet
didefinisikan sebagai muatan ilmiah) maupun housekeeping yang digunakan
untuk mempelajari dinamika gerak serta penampilan sistem satelit.
Adapun
satelit itu dirancang bersama oleh PT Dirgantara Indonesia dan Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), khususnya Pusat Teknologi
Elektronika (Pustek) Dirgantara. Berbekal nota kesepakatan antara LAPAN,
Dirgantara Indonesia, serta dukungan dana dari Riset Unggulan
Kemandirian Kedirgantaraan 2003, maka dimulailah rancangan satelit Nano
dengan nama Inasat-1 (Indonesia Nano Satelit-1).
Dari segi
dinamika gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor gyrorate tiga
sumbu, sehingga dalam perjalanannya akan diketahui bagaimana perilaku
geraknya. Penelitian dinamika gerak ini menjadi hal yang menarik untuk
satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian antara
600-800 km.
8. Satelit LAPAN-TUBSAT (2007) Satelit Mikro Pertama di Indonesia.
LAPAN-TUBSAT adalah sebuah satelit mikro yang dikembangkan Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bekerja sama dengan
Universitas Teknik Berlin (Technische Universität Berlin; TU Berlin).
Wahana ini dirancang berdasarkan satelit lain bernama DLR-TUBSAT, namun
juga menyertakan sensor bintang yang baru. Satelit LAPAN-TUBSAT yang
berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x 45 x 27
sentimeter ini akan digunakan untuk melakukan pemantauan langsung
situasi di Bumi seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir,
menyimpan dan meneruskan pesan komunikasi di wilayah Indonesia, serta
untuk misi komunikasi bergerak.

LAPAN-TUBSAT
membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter dan
lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit 630
kilometer serta sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter
dan lebar sapuan 81 kilometer.
Manuver attitude ini dilakukan
dengan menggunakan attitude control system yang terdiri atas 3 reaction
wheel, 3 gyro, 2 sun sensor, 3 magnetic coil dan sebuah star sensor
untuk navigasi satelit. Komponen-komponen inilah yang membedakannya
dengan satelit mikro lain yang hanya mengandalkan sistem stabilisasi
semi pasif gradien gravitasi dan magneto torquer, sehingga sensornya
hanya mengarah vertikal ke bawah.
Sebagai satelit pengamatan,
satelit ini dapat digunakan untuk melakukan pemantauan langsung
kebakaran hutan, gunung meletus, tanah longsor dan kecelakaan kapal
maupun pesawat. Tapi pengamatan banjir akan sulit dilakukan karena
kamera tidak bisa menembus awan tebal yang biasanya menyertai kejadian
banjir.
9. Indostar II / Cakrawarta II (2009)

Indostar
II atau Cakrawarta II adalah satelit yang diluncurkan oleh PT Media
Citra Indostar (MCI) yang mengelola dan mengoperasionalisasi satelit
Indovision. Satelit ini diluncurkan dengan menggunakan roket peluncur
Proton Breeze milik Rusia dan lepas landas melalui Baikonur Cosmodome di
Kazahkstan. Peluncuran satelit Indostar II ini telah berlangsung pada
tanggal 16 Mei 2009.
10. Satelit Palapa D (2009) 
Satelit
Palapa D (kode internasional = 2009-046A) adalah satelit komunikasi
Indonesia yang dimiliki dan dioperasikan oleh PT. Indosat Tbk dan
diluncurkan pada tanggal 31 Agustus 2009 pukul 16:28 WIB di Xichang
Satellite Launch Center (XSLC) menggunakan roket Long March (Chang
Zheng) 3B. Satelit ini dibuat oleh Thales Alenia Space, Perancis, dan
dimaksudkan sebagai pengganti satelit Palapa C2 pada Orbit Geo Stasioner
slot 113º BT yang akan selesai masa operasionalnya pada tahun 2011.
Semoga
artikel tentang sejarah satelit indonesia di atas bisa menambah wawasan
kamu, dan semoga semakin bangga menjadi bagian dari Bangsa Indonesia.
http://ridwanaz.com/umum/sejarah/sejarah-satelit-milik-indonesia/